Beribu-ribu bunga di huma
Hanya satu dilirik nuri
Beribu dara menjelma
Hanya satu menarik hati
Banyak orang datang berdagang
Hanya satu jualan roti
Banyak bujang datang menjelang
Hanya satu menawan hati
Petai cina petik semua
Merekah bunga tersintal jala
Wahai dinda cantik jelita
Dosakah kanda mengenal dinda ?
Pakaian biru berenda jingga
Kemeja pria dicantum kembang
Berkenalan itu tiada berdosa
Tiada pula hukum melarang
Cindai tertawa melirik macan
Mudah dia melafal kata
Wahai dinda cantik rupawan
Bisakah kanda mengenal nama?
Mana ada bunga kencana
Bunga padma menata senja
Dara muda rindu bunga
Apa guna tanya nama
Dinda hanya dara desa
Papa merana ilmu tiada
Jalan Garuda telah dirapi
Tenda biru didesa Kemuja
Disana pesta empat dara
Sejak pagi gembira ria
Jangan dinda merendah diri
Kanda tahu dinda siapa
Bunga desa tempat bertanya
Bijak bestari tiada tara
Belinyu, 28 April 2009
By : H. Sulaiman Yusuf
Rabu, 29 April 2009
Pantun Cinta
Jumat, 03 April 2009
PANTUN CINTA
Rona jingga membayang senja
Nampak terang hendak menyatu
Dara jelita dipandang saja
Hendak dipinang tidak sekufu
Kelana tiba di ambang petang
Bawa batu intan sejati
Berlaksa - laksa kumbang datang
Hanya satau menawan hati
Risih melati terbayang terang
Bunga berkembang terlihat asri
Silih berganti bujang datang
Hanya abang memikat hati
Merana bujang cinta beralih
Kepada dayang sesat tingkah
Mengapa abang dinda pilih
Karena abang taat ibadah
Baju biru bertata intan
Dara memakai putri sultan
Beribu - ribu bunga di taman
Hanya setangkai jadi idaman
Anak gelatik enggan dibelai
Ikut sahabat dara berhimpun
Hendak dipetik tangan terkulai
Takut tersengat bisa beracun
Gemulai kata meracik citra
Angin kelana menari ria
Wahai bunga cantik jelita
Izin beta menyeri dinda
Lolong memelas tiada sirna
Di Pulau Badak tertimpa nista
Tolong balas cinta beta
Kalau tidak beta merana
Gerai intan menggoda dara
Samun gondola di batu delta
Terkulai tangan menata doa
Namun dinda bisu semesta
Silau cahya mendadak sirna
Namun rona mengalir asri
Kalau dinda menolak beta
Majnun kanda akhirnya nanti
Belinyu, 25 Maret 2009
By : H. Sulaiman Yusuf