Beribu-ribu bunga di huma
Hanya satu dilirik nuri
Beribu dara menjelma
Hanya satu menarik hati
Banyak orang datang berdagang
Hanya satu jualan roti
Banyak bujang datang menjelang
Hanya satu menawan hati
Petai cina petik semua
Merekah bunga tersintal jala
Wahai dinda cantik jelita
Dosakah kanda mengenal dinda ?
Pakaian biru berenda jingga
Kemeja pria dicantum kembang
Berkenalan itu tiada berdosa
Tiada pula hukum melarang
Cindai tertawa melirik macan
Mudah dia melafal kata
Wahai dinda cantik rupawan
Bisakah kanda mengenal nama?
Mana ada bunga kencana
Bunga padma menata senja
Dara muda rindu bunga
Apa guna tanya nama
Dinda hanya dara desa
Papa merana ilmu tiada
Jalan Garuda telah dirapi
Tenda biru didesa Kemuja
Disana pesta empat dara
Sejak pagi gembira ria
Jangan dinda merendah diri
Kanda tahu dinda siapa
Bunga desa tempat bertanya
Bijak bestari tiada tara
Belinyu, 28 April 2009
By : H. Sulaiman Yusuf
Rabu, 29 April 2009
Pantun Cinta
Jumat, 03 April 2009
PANTUN CINTA
Rona jingga membayang senja
Nampak terang hendak menyatu
Dara jelita dipandang saja
Hendak dipinang tidak sekufu
Kelana tiba di ambang petang
Bawa batu intan sejati
Berlaksa - laksa kumbang datang
Hanya satau menawan hati
Risih melati terbayang terang
Bunga berkembang terlihat asri
Silih berganti bujang datang
Hanya abang memikat hati
Merana bujang cinta beralih
Kepada dayang sesat tingkah
Mengapa abang dinda pilih
Karena abang taat ibadah
Baju biru bertata intan
Dara memakai putri sultan
Beribu - ribu bunga di taman
Hanya setangkai jadi idaman
Anak gelatik enggan dibelai
Ikut sahabat dara berhimpun
Hendak dipetik tangan terkulai
Takut tersengat bisa beracun
Gemulai kata meracik citra
Angin kelana menari ria
Wahai bunga cantik jelita
Izin beta menyeri dinda
Lolong memelas tiada sirna
Di Pulau Badak tertimpa nista
Tolong balas cinta beta
Kalau tidak beta merana
Gerai intan menggoda dara
Samun gondola di batu delta
Terkulai tangan menata doa
Namun dinda bisu semesta
Silau cahya mendadak sirna
Namun rona mengalir asri
Kalau dinda menolak beta
Majnun kanda akhirnya nanti
Belinyu, 25 Maret 2009
By : H. Sulaiman Yusuf
Senin, 16 Februari 2009
71. Jualan tapai ke Kerakas
Melontar dawai berkilau
Berjalan sampai ke batas
Berlayar sampai ke pulau
72. Lembu kerdil digiring panic
Labu bundar dipaling samun
Batu kecil berguling naik
Batu besar berguling turun
73. Yang bundar buah duku
Yang dibelah buah keriput
Yang benar bawa lalu
Yang salah bawa surut
74. Kain panjang kain Tempilang
Kain handuk kain tuala
Lain padang lain belalang
Lain lubuk lain ikannya
75. Barat Belitung mudah dicari
Pusat pulau ada di kanan
Kilat beliung sudah di kaki
Kilat pisau sudah di tangan
76. Tikus kenyang rapat bergabung
Kurus lada karena hama
Putus benang dapat disambung
Putus cinta apalah daya
77. Lari menurun ke Balai Gebang
Terlanda dara memakai lampin
Sehari menenun sehelai benang
Lama – lama sehelai kain
78. Buaya darat kena pecundang
Surat cinta baru disampul
Berapa berat mata memandang
Berat juga bahu memikul
79. Belitung Barat agak di tepi
Bukit Intan tidak berlubang
Betung bulat takik bersegi
Pipit jantan tidak bersarang
80. Terantuk rekah roda pedati
Enak di lidah cermai salai
Biduk pecah nakhoda mati
Anak buah cerai berai
81. Ke Bedengung perawan cantik
Membawa tambur akan ke Koba
Yang bingung makanan sicerdik
Yang tidur makanan sijaga
82. Onak duri di batang saga
Pulut Mayang digandar berat
Enak berbini orang tua
Perut kenyang pengajar dapat
83. Rumah rusak berbubung rapi
Masak kerambil sudah selesai
Buah masak tergantung tinggi
Hendak diambil galah tak sampai
84. Ke darat anik di pantai landai
Berkarawat karat bagan Kelanci
Berbuat baik pandai – pandai
Berbuat jahat jangan sekali
85. Nasi ketan dibawa ketan
Peti arang ada di bendi
Mati ikan karena umpan
Mati arang karena budi
86. Ke Bakit membawa roda pedati
Kecambah dua – dua serumpun
Ke bukit sama – sama mendaki
Ke lurah sama – sama menurun
87. Berat bulir saga di teduh
Giat berdoa hendak bertobat
Bulat air karena pembuluh
Bulat kata sebab mupakat
88. Bagaimana puri tiada retak
Karena diapit matrus Sijunjung
Di mana bumi kita pijak
Di sana langit harus dijunjung
89. Saudagar kapuk main di pantai
Kesal tupai kerambil mati
Biar buruk kain dipakai
Asal pandai mengambil hati
90. Betung pantai jangan ditebas
Gambar bokong jangan diedar
Burung liar jangan dilepas
Kabar bohong jangan didengar
91. Barang cair letak di kukus
Puntung berabu terkena beras
Cencang air tidak putus
Pancung abu tidakl berbekas
92. Karena jerat beroleh teledu
Mengapa durian beralih rasa
Siapa cepat boleh dulu
Siapa terlambat putih mata
93. Murai tak serupa jalak
Melangkah rusa ke padi
Bercerai tiada bertalak
Menikah tiada berkadi
94. Bawa manik pergi ke Pelaik
Niaga salak memang beruntung
Siapa cerdik tinggi naik
Siapa calak menang terhitung
95. Dewi Durga menutup kain sehelai
Tasbih manik dari Padang Arafah
Daripada hidup bercermin bangkai
Lebih baik mati berkalang tanah
96. Kedondong bukanlah coklat
Lebah jangan diasapkan
Condong yang akan mengangkat
Rebah yang akan menegakkan
97. Rusak nada ditendang gaung
Petani menjerat kijang di hutan
Cupak hanya sepanjang betung
Tapi adat sepanjang jalan
98. Pelupuk mata dua serupa
Rumah Bangka kelewat rapi
Tepuk dada tanya selera
Belah dada lihat hati
99. Ke hilir ke hulu cari muatan
Bangsal perapian ada di muka
Pikir dahulu pasti pendapatan
Sesal kemudian tiada berguna
100. Anak Kumpai perawan pantai
Anak Berang menyuling tebu
Hendak damai dilawan damai
Hendak perang giling peluru
101. Berokat merah berkembang ramping
Elang marah menanti gajah
Bersukat darh bertimbang daging
Hilang darah diganti darah
102. Silau mata berdingin di kutub
Santapan dukun ikan sembilang
Kalau tiada angin bertiup
Masakan daun akan bergoyang
103. Kedai suun diendus sapi
Sapi mengais suun ditendang
Bagai daun pembungkus nasi
Nasi habis daun dibuang
104. Gawat darurat bagan tumpas
Siswa saleh jarang melintas
Ibarat dawat dengan kertas
Mana boleh renggang terlepas
105. Perangkap tengah belukar
Jati diraut saudagar
Cakap berdegar – degar
Tahi sangkut di gelegar
106. Jarang dananu berbatu rata
Talak mau batu berbuih
Orang mau seribu daya
Tidak mau seribu dalih
107. Nuri jatuh diangkat pelanduk
Walau berdebat mupakat jua
Dari jauh angkat telunjuk
Kalau dekat diangkat mata
108. Kenari berbunga karena apa
Kelinci mati tidak merana
Diberi sehasta minta sedepa
Diberi kaki hendak paha
109. Orang Dendang pergi ke Cina
Barang niaganya batu permata
Orang berdendang di pentasnya
Orang beraja tentu di hatinya
110. Bupati kita beramah tamah
Memberi dana yakin berguna
Seperti Belanda minta tanah
Diberi sehasta ingin sedepa
111. Ayam di belukar hendak berjalu
Gelam diraut anak muazin
Diam di Bandar tidak meniru
Diam di laut tidak masin
112. Kepinding galak dibantai maut
Menggantang gabah di pantai terang
Mendinding hendak sampai ke laut
Mengembang hendak sampai ke seberang
113. Garam ini dari pangkal
Ketam mini dari Dalik
Diam ubi lagi kental
Diam besi lagi sentil
114. Dayang Nangka bermata jeli
Orang Siam menoreh para
Yang disangka tiada menjadi
Yang diam boleh ke dia
115. Bentorong lagi makan mangsa
Digonggong rubah cemas rasanya
Terdorong kaki badan merasa
Terdorong lidah emas padahannya
116. Penduduk Berang bersumpit – sumpit
Duduk memasak berdendang – dendang
Duduk seorang bersempit – sempit
Duduk banyak berlapang – lapang
117. Kantuk kami mintor kepiting
Dapat sekati singkor murahan
Duduk seperti seekor kucing
Melompat seperti seekor macan
118. Kain kutang kain berseri
Kain panjang kain resmi
Lain dulang lain kaki
Lain orang lain hati
119. Sekuntum kembang dengan bayam
Cacat kebun dilanggar hama
Sepantun elang dengan ayam
Lambat laun disambar jua
120. Orang Rambang berani melawan
Berbekas tidak menawan Cina
Elang terbang tinggi mengawan
Agas hendak mengawan juga
121. Blok Utara bakal redup
Entok Bali batal dicuri
Elok bahasa bekal hidup
Elok budi bekal mati
122. Nampan juadah bekas serai
Batang jeruk sejajar berang
Nan indah pantas dipakai
Yang buruk wajar dibuang
123. Pantau barak mengemas damak
Dara Kelapa menorek kerak
Kalau tidak emas sepiak
Kerja di mana boleh layak
124. Barang keras cepat diantar
Batang padi pada pedati
Utang emas dapat dibayar
Utang budi dibawa mati
125. Kasan rapuh bekas rabung
Giat bekerja tidak dipaksa
Walau disepuh emas lancing
Kilat tembaga tampak jua
126. Beruk dan kukang melengking pekik
Pusuk pantang berbau tuak
Masuk kandang kandang kambing mengembik
Masuk kandang kerbau menguak
127. Runding baik selesai sulit
Gantang labu disempai kacang
Dinding naik sampai ke langit
Empang lalu sampai ke seberang
128. Anak macan mengarung hutan
Parkit jantan berkalung intan
Enak jangan langsung ditelan
Pahit jangan langsung dimuntahkan
129. Tangkai limau memendam akar
Malas duduk baring – baring
Bagai enau dalam belukar
Melepas pucuk masing – masing
130. Terung perit dua segantang
Jaka saleh menunggang unta
Burung pipit sama enggang
Mana boleh terbang sama
131. Juragan rakit beroleh sahabat
Barang dagangan murah harga
Badan sakit boleh diobat
Orang enggan apalah daya
132. Arah ke darat daging melimpah
Beruang kantuk terhalau api
Telah dapat gading bertuah
Terbuang tanduk kerbau mati
133. Memjagal bagal bertarung patah
Kicau merbah rata bergema
Semahal – mahal gading gajah
Kalau patah tidak berguna
134. Baring goyah pada pelepah
Nyaring suara doa bertuah
Daging gajah sama dilapak
Daging tuma sama dicecah
135. Merah karang terkena darah
Terkantuk diri lengah ke sawah
Gajah berjuang bersama gajah
Pelanduk mati di tengah –tengah
136. Getas bilis dikerubung lipas
Lanun bertarung mati semua
Galas habis segulung tandas
Lamun dihitung rugi juga
137. Batang gerunggang berdiri utuh
Batang beringin mari dirajut
Orang penggamang mati jatuh
Orang pendingin mati hanyut
138. Seratus kali mendapat untung
Tiban timah dapat gerobak
Putus tali tempat bergantung
Terban tanah tempat berpijak
139. Belibis mati karena gelatik
Garis rata menorah para
Habis geli karena gelitik
Habis bias oleh biasa
140. Galah penjolok duku Dendang
Gerai berdagang batu akik
Salah gelogok hulu malang
Pandai bertenggang hulu baik
141. Kaca antk kaca belambang
Harta karun tidak terdorong
Sama naik sama gelombang
Sama turun bak kapecang
142. Laut mati gudang garam
Kadang kabut digumul api
Turut hati yang geram
Hilang takut timbul berani
143. Kiat kami menggugah pelanggan
Telah tergugah langsung ke Kapit
Niat hati menggetah bayam
Sudah tergetah burung Serindit
144. Penganan besar urung dicari
Batang keriput dikapak rata
Janagan disesar gunung berlari
Hilang kabut tampaklah dia
145. Betung Pemali bukan pengayuh
Saya siap lari pagi
Gunung tinggi aruntuh
Bila setiap hari digali
146. Marmut berhenti menakluk arung
Janda kaya makan di pantai
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai
147. Beringsut babi ditakluk lutung
Telah tertaluk awak cedera
Maksud hati memeluk gunung
Sudah terpeluk biawak celaka
148. Nangka jatuh di Negeri Ikak
Janda bersilat duda tergila
Tiada guruh bagi sipekat
Tiada kilat pada sibuta
149. Gadis calak berkepala batu
Bokor beling dimakan tikus
Habis minyak kelapa sepasu
Ekor anjing takkan putus
150. Pulau Bangka rata di tepi
Sanak raja berlari – lari
Kalau tiada mata sendiri
Anak mata terdiri – diri
151. Pagi hari menimbang beras
Kandang kuda istal namanya
Hari ini sedang panas
Kacang lupa akan kulitnya
152. Pagi hari bergendang – gendang
Beli bawang di pasar – pasar
Hari pagi dibuang – buang
Hari petang dikejar – kejar
153. Dari Pangkal tidak ke Koba
Sembari melanda gelak tertawa
Diberi sejengkal hendak sehasta
Diberi sehasta hendak sedepa
154. Gudang sagu di perapatan
Gendang Bali ditabuhi
Ladang perahu di lautan
Padang hati dipikiri
155. Jarang tikus menanti bulir
Gudang besar bertiti besi
Orang haus diberi air
Orang lapar diberi nasi
156. Bawa rantang ke perkemahan
Lampu terang di pekarangan
Hawa pantang kerendahan
Napsu pantang kekurangan
157. Redup mendung di Irat
Nasi mengandung antah
Hidup di kandung adat
Mati di kandung tanah
158. Merangkai atap di batas Jebu
Sekerup sampan besi berlimau
Bagai kerakap di atas batu
Hidup segan mati tak mau
159. Letup barak sirna harta
Pati kelapa terkena sampah
Hidup tidak karena doa
Mati tiada karena sumpah
160. Tiang retak berbatu ganda
Kami tegak satu alur
Hilang tidak tentu rimba
Mati tidak tentu kubur
161. Batang turi ditoreh besi
Batang jati tahan cedera
Hilang bini boleh dicari
Hilang budi badan celaka
162. Jalang rusa terkena sumpit
Dendang raja parak siang
Hilang rona karena penyakit
Hilang bangsa tidak beruang
163. Kalah berudu disingkir ketam
Cula badak beri berbesi
Sudah terlalu hilir macam
Apa hendak dicari lagi
164. Perahu ikan didera batu
Penyair Buyan menyandra bajak
Ke hulu akan kena bubu
Ke hilir akan kena tengkalak
165. Derap kuda sampai ke danau
Itik betina digulai santan
Hinggap saja bagai langau
Titik saja bagai hujan
166. Teratak buruk terkena jalan
Kelekak Rambang ditata luas
Tidak lapuk karena hujan
Tidak lekang karena panas
167. Dayang melenggang tiada tentu
Anak terentang menggita nada
Orang berpegang pada hulu
Awak berpegang pada mata
21. Pulau terpencil gelombang sakal
Ikan belut sigalak rupa
Kalu kail panjang sejengkal
Jangan laut hendak diduga
22. Ke Bukit Lama kita berbendi
Murah harga belanja di Ketahun
Ke bukit sama – sama mendaki
Ke lurah sama – sama menurun
23. Bakal sepatu bahan ikutan
Bangsal kodian dara bersama
Sesal dahulu pendapatan
Sesal kemudian tiada berguna
24. Galau keledai karena mendaki
Parang linggis dari India
Kalau tak pandai menempa besi
Arang halus besi binasa
25. Benih onak diterjang badai
Letih lesu mendulang intan
Kasih anak sepanjang galah
Kasih ibu sepanjang jalan
26. Kerukunan banyak mengikat
Menari aku di pentas tunggal
Kedudukan yang tak kuat
Seperti abu di atas tunggul
27. Kentang Bangka dalam pasu
Tertangkap bata perian pecah
Telentang sama makan abu
Telungkup sama makan tanah
28. Parau suara karena dahaga
Bukan beta di sarang lebah
Kalau tak berada – ada
Masakn tempoa bersarang rendah
29. Mintalah gula dengan penganan
Galah tipis bau kemenyan
Ketika ada jangan dimakan
Setelah habis baru dipangan
30. Barak kita retak semalam
Embacang muda dimakan napuh
Beriak tanda tak dalam
Bergoncang tanda tak penuh
31. Barat kota berpanggung bambu
Alat kita berbahan logam
Adat muda menanggung rindu
Adat tua menanggung ragam
32. Ibarat kaktus bersemi marak
Masak direbus keladi mentah
Adat harus bersendi syarak
Syarak harus bersendi Kitabullah
33. Kusir disamun raja peri
Kaki kanan berjari enam
Air diminum rasa duri
Nasi dimakan rasa sekam
34. Mari berpantun mengusir sedih
Titi dipasak dengan tembilang
Kami sepantun air didih
Nasi masak badan terbuang
35. Bawang rebus kemiri sebutir
Kerang Lepar dibela paman
Orang haus diberi air
Orang lapar diberi makan
36. Bedak cair penuh semut
Teratak di hilir tiang gantung
Tak air peluh diurut
Tak air talang dipancung
37. Pulau Petir penuh bubu
Tapai ketela taruh di para
Kalau air keruh di hulu
Sampai ke muara keruh juga
38. Urap jangan diberi kunyit
Menghilir sampan dikayuh pelan
Harap hujan dari langit
Air di tempayan lalu dicurahkan
39. Tabir hitam kurang seronok
Dua terompah dara sakti
Air dalam kerang menongok
Gula tertumpah pada kanji
40. Camcau setahil sedang dimakan
Bahan muatan tidak diaduk
Kalau kail panjang sekilan
Jangan lautan hendak diajuk
41. Kalam diraut buat penunjuk
Kolam ini tiada berudu
Dalam laut dapat diajuk
Dalam hati siapa tahu
42. Batu dan kerakal di balai – balai
Bantulah saya menyeberang sungai
Ilmu dan akal dihalai – halai
Itulah tanda orang lalai
43. Bekal bapak diberi orang
Ketitiran hendak diberi katul
Akal tidak sekali datang
Pikiran tidak sekali timbul
44. Kertas bedak dicucuk
Ke sawah gelak kelakar
Dipatah – patah ditarik batang
Ke atas tidak berpucuk
Ke bawah tidak berakar
Di tengah – tengah digirik kumbang
45. Kuda ratu di padang dadap
Bercahaya batu di padang terang
Ada aku dipandang hadap
Tak ada aku dipandang belakang
46. Belah limau batangnya jangan
Kerambil putih dimakan saudagar
Alah mau bertombang enggan
Cungkil merih akan pembayar
47. Rusak kalam diembat ayam
Galak merpati saat beranak
Sesak alam tempat diam
Tidak berbumi tempat tegak
48. Galau berbincang putri dewa
Pulau Tenggiri api berkelip
Kalau berbilang dari esa
Kalau mengaji dari alip
49. Sepeda Cina muat di kapal
Bersama rusip makanan babak
Kepada kera berbuat amal
Di mana nasib akan berubah
50. Perusahaan minyak jangan gagalkan
Ikatan tali dengan penggalan
Kasihan anak tangan – tangankan
Kasihan bini tinggal – tinggalkan
51. Gua mungil dua jendela
Kawah lebar bermuka rata
Palu baja tidaklah retak
Masih kecil teranja – anja
Sudah besar terbawa – bawa
Lalu tua berubah tidak
52. Pulau Belibis banyak batu
Mandor memancing ikan gabus
Walau habis minyak sepasu
Ekor anjing takkan lurus
53. Patah tukul semua resah
Keras batu jangan diperas
Antah berkumpul sama antah
Beras bersatu dengan beras
54. Bak paku pembelah galah
Tidak tabu lagukan ketipang
Taka tahu antah terkunyah
Tak bahu batukan menarung
55. Melangkah terdepan ke balairung
Bayam tua dengan kentang
Bertelingkak bagai antan di lesung
Ayam juga yang kenyang
56. Gadai sapi jangan yang induk
Di bangsal barat gajahnya tua
Bagai api dengan rabuk
Asal dekat menyalalah ia
57. Parak gantung dua sejoli
Angin pantai rasa serasi
Hendak bergantung tiada tali
Ingin bersalai tiada api
58. Uang serimggit lekat di kutang
Syahbandar Muara Dua di pencalang
Bintang di langit dapat dibilang
Tak sadar di mukanya ada arang
59. Dayang keretak memakai inai
Batang kandis beli di kapal
Tukang yang tak pandai mencanai
Arang habis besi tak kimpal
60. Pekasan baung dimakan budak
Roti sumbu di talam waja
Asam di gunung ikan di tambak
Pasti bertemu dalam belanga
61. Meluncur khewan di bubung rumah
Nuri naik ke batang saga
Hancur badan di kandung tanah
Budi baik terkenang jua
62. Pulau Nangka nyiur melambai
Bakar huma di pagi hari
Kalau kita pandai menggulai
Badai terasa seperti tenggiri
63. Ikat batik atas kepala
Obat sengat bahan dibeli
Berbuat baik berpada – pada
Berbuat jahat jangan sekali
64. Rata kasau berundak dua
Kain ukir tumpah di bakul
Jika pisau tidak berbaja
Makin dikikir bertambah tumpul
65. Bukan antah hilang disapu
Bagan direntang di batu tumpul
Beban telah terpasang di bahu
Tangan mencencang bahu memikul
66. Wangi setanggi walau terbuang
Airnya sedap minuman dewa
Setinggi-tinggi bangau terbang
Akhirnya hinggap di bubung jua
67. Pulau Sekak dua sepasang
Toraknya banyak dimakan peri
Kalau bapak suka bergendang
Masak anaknya takkan menari
68. Hidangan pangan berupa nasi
Peda dan jangat baru dipanas
Jangan digenggam bara api
Terasa hangat lalu dilepas
69. Gurindam saya beda kisah
Cerpelai tua dua seiring
Terendam sama-sama basah
Tersempai sama-sama kering
70. Kura-kura makan cempedak
Dara Bangka pulang meresam
Terkena pada ikan bersorak
Terkena pada batang masam
Belinyu, Januari 2006
By : H. Sulaiman Yusuf
Rabu, 04 Februari 2009
6. Peserta masih ada di kantor
Lari - lari di garis penuntun
Termakasih kepada motor
Menggerak sya menulis pantun
7. Lari - lari di garis penuntun
Membawa bendera diberi sulaman
Menggerak saya menulis pantun
L.K. Ara, Suhaimi Sulaiman
8. Membawa bendera diberi sulaman
Merah berani lekat di motip
L.K. Ara, Suhaimi Sulaiman
Hapsah Ali, Saad Toyib
9. Merah berani lekat di motip
Tidak terperi disuka insan
Hapsah Ali, Saad Toyib
Banyak lagi tak terkatakan
10. Tertegun dara di jendela kaca
Menonton balapan kuda Sumba
Pantun saya tiada sempurna
Mohon dimaapkan jika bercela
11. Menonton balapan kuda Sumba
Publik gembira kuda berlarian
Mohon maaf jika bercela
Kritik membina saya harapkan
12. Kala santai nasi mendidih
Ketupat pandan gulai Semarang
Kalau pandan meniti buih
Selamat badan sampai seberang
13. Sinar Kelabat kapal serikat
Muatan nuri burung belukar
Biar lambat asal selamat
Takkan lari gunung dikejar
14. Cerpelai santai mengintai ulat
Lanun berlari riuh suara
Sepandai - pandai tupai melompat
Lanun sekali jatuh jua
15. Bong bongkong miring topinya
Bir dan arak ada di kolam
Tong kosong nyaring bunyinya
Air beriak tanda tak dalam
16. Urutlah linu di kaki
Dian ini dian Penyusuk
Turutlah ilmu padi
Kian berisi kian runduk
17. Risau hati menanggalkan gelang
Mantera ini menjagalkan nista
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama
18. Getah jelutung dimakan lintah
Penduduk Bali di tengah sawah
Gajah bertarung sama gajah
Pelanduk mati di tengah - tengah
19. Empat batu ke Deli
Tujuh baru lima
Dekat bau tahi
Jauh bau bunga
20. Aman di sana beta berunding
Karat suasa karena dipukul
Ringan sama - sama dijinjing
Berat sama - sama dipikul
Selasa, 03 Februari 2009
Pantun
1. Para pemuda peminat satra
Suka bercanda berteman wanita
Saya merasa amat bahagia
Karena menerima warisan pusaka
2. Suka bercanda berteman wanita
Pagi petang di taman bunga
Karena menerima warisan pusaka
Dari moyang zaman baheula
3. Pagi petang di taman bunga
Sastra dituntun L.K.Ara
Dari moyang zaman baheula
Berupa pantun pancarona
4. Sastra dituntun L.K. Ara
Membaca pula Suhaimi Sulaiman
Berupa pantun pancarona
Indah irama bagus isinya
5. Suhaimi Sulaiman membaca juga
Hapsah Ali ada serta
Indah irama bagus isinya
Mengasah budi kita semua
RUBAYAT
Pemimpin itu bukan gembala domba
Apalgi gembala manusia
Pemimpin itu memimpin rakyat
Pemimpin ada karena ada rakyat
Rakyat ada bukan karena pemimpin
Pemimpin itu pelayan rakyat
Tak pantas minta dilayani rakyat
Jika dia minta dilayani rakyat
Dia tak pantas jadi pemimpin
Hai pemimpin sadarlah engkau !
Kau ada karena ada yang dipimpin
Tanpa ada untuk dipimpin kau tak ada
Kau adalah pelayan rakyat
Tabu bagimu minta dilayani rakyat
Bila kau minta dilayani rakyat
Kau bukan pelayan rakyat
Kau bukan khalifah di bumi
Kau harus lengser sebelum digeser
Belinyu, Januari 2006
By : H. Sulaiman Yusuf
Talibun
Di kala katak tersepak pelita
Menarilah kuda di batu akik
Dikejar teledu terkena pahat
Jika hendak anak sempurna
Carilah di guru cerdik
Mengajar ilmu dunia akhirat
Pulau Todak lingkup merata
Sandarlah jati beri peniti
Karamkan benua alunan lubuk
Kalau hendak hidup sempurna
Hindarilah diri dari judi
Haramkan semua minuman mabuk
Kepada istri cinta utama
Merasa jenuh berlalu gampang
Kerja lembur berhari - hari
Tiada hari tanpa merana
Adinda jauh selalu terbayang
Jika tidur termimpi - mimpi
Agenda Minggu padat semua
Pelana kuda berjarum tulang
Kuda pedati ada di Bangka
Adinda menunggu sangat merana
Karena Kanda belum pulang
Kanda kembali dinda bahagia
Belinyu, Januari 2005
By : H. Sulaiman Yusuf
Jumat, 30 Januari 2009
Talibun
Lawan perang nanar bicara
Belanda kalah ada di Bangka
Beras, lada berharga sama
Pemasak beduk kayak pelana
Kolaborasi bermain nista
Zaman sekarang luar biasa
Narkoba sudah merajalela
Miras ada di mana - mana
Banyak pemabuk tidak terkira
Lokalisasi semakin gila
Balada ratu turun ke raja
Memukat belanak tidak biasa
Bila kelana pelan menggoda
Rusa di hutan makan kelapa
Narkoba itu racun berbisa
Dapat merusak anak bangsa
Jika tercoba akan dia
Masa depan akan sirna
Bila ikut sampan Belanda
Di Koba berkatir sedia beras
Biar ombak gelak bertutur
Berlayar ke sana terus ke muka
Jika akan takut akan narkoba
Merasa khawatir kepada miras
Ajar anak sejak dini
Belajar agama harus utama
Belinyu, Januari 2005
By : H. Sulaiman Yusuf
Kamis, 22 Januari 2009
Talibun
Di desa Jada mengembang kemah
Penyak, Selan, Penagan, Lepar
Ikan bilis dikait jalak
Darai Dendang membawa jaring
Murai beralih jadi puyuh
Mendapat ikan di wadah kecap
Buang tembikar terkena lutung
Lada Jambi kekeringan hawa
Silau mata janggal memirsa
Mencari dana di depan istana
Bakso habis dara gembira
Alangkah malang pulau kita
Gara- gara tambang timah
Tidak dijalankan dengan benar
Hutan habis bukit botak
Di sini lubang di sana sumbing
Sungai jernih menjadi keruh
Habitat khewan sudah lenyap
Jarang terdengar gita burung
Tiada lagi lengkingan rusa
Pulau kita tinggal rangka
Seperti kuda dimakan piranha
Quo Vadis kita nantinya
Belinyu, Januari 2005
By : H. Sulaiman Yusuf